Langsung ke konten utama

Resensi - Ayu Manda (Novel)


Unsur warna atau kasta di Bali menjadi dasar pembuatan novel ini. Oleh guratan ide seorang Iwan Darmawan, sebuah novel unik telah terbit dengan segala padu padan ceritanya. Uniknya adalah cerita seorang gadis bangsawan (tinggi derajat kastanya) di Bali bernama Gusti Ayu Manda yang memiliki ketertarikan terhadap tarian joged.
Tarian joged cenderung diperuntukan sebagai tarian bukan untuk keturunan bangsawan seperti Ayu Manda ini. Dengan judul novel yang sama seperti nama tokohnya, Ayu Manda dengan kemampuan menari nya akhirnya memilih tarian joged sebagai profesi spesial menarinya - walaupun awalnya dia menari Legong - pada akhirnya itu menjadi benang merah dalam membangun cerita dalam novel ini.
Mengambil setting pasca zaman kerajaan di Bali (tapi masih kental suasana kerajaannya), Ayu Manda menjadi tokoh sentral dalam novel ini. Tipe seorang perempuan yang dari kecil selalu dikungkung dalam sangkar emas akhirnya membentuk watak Ayu Manda yang keras sekaligus tinggi persepsinya akan berbagai hal.
Saya sangat suka dengan karakter Ayu Manda. Jika dibayangkan secara fisik, tampilan badannya yang baik dengan wajah yang cantik (kesimpulan dari novel) membuat saya betah membacanya. Apalagi dengan sikapnya yang konsisten. Jarang dapat kita temui tokoh seperti ini. Tapi sayangnya, alurnya yang lambat dan terlalu mendetail kadang menurunkan statistik mood pembaca (seperti saya) dalam membacanya.
Bagusnya bagi saya adalah saya bisa mengerti benar istilah - istilah yang dipakai dalam novel ini. Tentu saja karena saya maupun novel ini bersama – sama berasal dari Bali. Dan penceritaan unsur ke-Bali-an nya sangat kental terasa. Tapi saya tidak tahu jika dibaca oleh orang di luar Bali. Mungkin memerlukan perenungan mendalam dengan istilah yang cukup asing yang terdapat pada keseluruhan novel atau dengan kata lain membaca dengan lebih teliti.
Di sisi lain, melalui novel Ayu Manda Ini, Iwan Darmawan justru dengan sukses mengenalkan kepada khayalak luas tentang kehidupan di Bali pada masa sebelum kini. Walaupun tersurat dalam bentuk cerita novel, setidaknya para pembaca di luar Bali yang awalnya tidak mengetahui kehidupan masyarakat Bali secara intim mampu mengetahuinya walaupun secara minimal. Sepertinya ini adalah refleksi dari karir sang penulis yang berbasiskan jurnalis sehingga mampu menjabarkan kehidupan masyarakat Bali secara utuh.
Secara desain sampul, saya dapat mengatakan sangat unik. Dengan pola robekan pada sampul pertama menyingkap ilustrasi pada halaman sampul kedua. Jika dibuka total sampul pertamanya, kita akan melihat ilustrasi utuh yang tertutupi dengan simetris oleh sampul pertama (nah lo? Bingung yakh? Liat gambar novelnya aja :P). Dengan pola ilutrasi dan desain sampul seperti ini, kesan kuno akan cepat terasa. Kuno yang disini artinya bukanlah jelek tapi lebih kepada penggambaran novel secara keseluruhan. Baik cerita, setting maupun tokoh – tokohnya. Secara total, novel ini cukup baik untuk dibaca. Selain menambah wawasan terhadap kebudayaan masyarakat Bali, pola penceritaan dalam novel ini juga ringan untuk diikuti. (yo)

Data novel :
Novel genre dewasa dengan judul      : Ayu Manda
Pengarang                                           : I Made Iwan Darmawan
Halaman                                              : vi + 330 halaman
Cetakan                                               : Pertama – Jakarta, 2010
Penerbit                                               : Pt. Gramedia Widiasarana Indonesia

Komentar

.gungws mengatakan…
panggil tante dewi aah..tantee..tanteee...bukunya dibaca tuuh :))

utk cover, katanya pak Iwan, memang sengaja robek, karena ingin mengungkapkan ingin merobek/mengungkap sesuatu yg sudah ada, mendobrak jaman/tradisi x ya? lupa..obrolan lama soale.. :))
@ ws : hahaha... jangan keras - keras... ntar ngamuk orangnya :D

Wow? aku baru tahu... Thx for the info temanku :D
ehehehehe

Postingan populer dari blog ini

Puisi Anonymous – Sahabat

     Aku lupa kapan pernah pergi ke salah satu SD di daerah Sudirman, Denpasar. Karena harus mengurus suatu urusan yang belum terurus, jadilah waktuku harus teralokasikan sedari pagi disana. Dalam postingan kali ini, sesungguhnya dan sebenarnya, tidak bercerita tentang kegiatan yang kulakukan di SD bersangkutan. Namun lebih kepada puisi tempel dinding yang sekejap mengambil perhatianku dan mematungkan diriku dengan setiap kalimat didalamnya. Sangat polos. Sangat jujur. Sangat keren. 

Soe Hok Gie : Catatan Seorang Demonstran (Resensi) - 2012

makanan ringan + bacaan berbobot       “ Saya dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942 ketika perang tengah berkecamuk di Pasifik…” Sebuah catatan pada tahun 1957 tercipta dari tangan seorang generasi Indonesia keturunan Cina. Namanya Soe Hok Gie. Seseorang yang hidup pada era orde lama yang selanjutnya menjadi salah satu tokoh penting dalam pergerakan perubahan yang terjadi di Indonesia saat itu.

Aku Suka Pantai

     Pantai selalu membuatku merasa nyaman. Seakan memiliki emosi, deburan ombak nya selalu menyahut ketika aku mencoba berbicara denganya. Oke,oke, Mungkin terdengar aneh tapi apa salahnya berbicara pada benda mati? :D