Langsung ke konten utama

Trip to North in 13 hours


     Ada beberapa hal yang membuatku bahagia. Mencium bau tanah yang terkena hujan di sore hari. Menyeruput susu cokelat sembari membaca buku di hari yang dingin. Menatap angkasa yang biru dari tempat teduh. Ah, sungguh mahal sensasi itu. Perasaan bahagia yang begitu tenang mengendap perlahan di kalbu. Rasa itu kurasakan kembali beberapa hari lalu. Kala itu ketika kalajengking merah keluar dari garasi dan kukendarai menuju 81 km kearah utara Bali. You Don’t say? Saatnya berjalan – jalan di hari libur!

      15 November 2012 adalah hari libur nasional yang juga merupakan hari besar keagamaan bagi saudara muslim kita. Momen liburan ini kupakai sebagai waktu untuk bersantai seharian. Melegakan kepenatan di kepala karena efek kerjaan. Melegakan badan yang sudah biasa terforsir untuk kegiatan yang tidak santai. Melegakan niat agar rencana jalan – jalan tidak berakhir hanya sebagai rencana (Hah!). Rute yang direncanakan merupakan salah satu rute yang terjauh, yah, setidaknya untuk saat ini. Singaraja. Tentu saja aku tidak berangkat sendirian. Ada Imma sebagai partner setia. Juga local girl yang kami angkut khusus dari Denpasar untuk mengikuti hasrat kami menuju Gumi Panji Sakti. Berhubung local girl yang (untuk selanjutnya kita sebut sebagai Upin) memang berdomisili di Singaraja namun memiliki tugas mulia di Denpasar ini sedang senggang, jadi kami angkut dengan tega untuk menemaniku dan Imma pergi ke Singaraja dan kembali ke Denpasar pada sore harinya.

Masih Ingat? Namanya Kalajengking Merah
     09.10 wita kami berangkat dari Denpasar menuju Singaraja. Mengendarai Kalajengking merah, tipikal Jeep seri CJ 7, perjalanan saat itu diprediksi akan menjadi awesome. Awalnya terasa sedikit menjemukan ketika harus menerobos kawasan lalu lintas padat. Tidak berapa lama semuanya terobati dengan pemandangan sawah dan serba – serbi visual alam yang tertangkap oleh mata ketika meninggalkan daerah Denpasar. Rute yang ditempuh merupakan rute biasa. Melewati beberapa kabupaten untuk nantinya bertengger di ujung utara Pulau Bali.

     Memasuki daerah Bedugul, udara dingin terasa menyapa kulit. Sangat menyenangkan dan aku menikmatinya. Mengingat suhu di denpasar belakangan berkisar 28 – 31 derajat celcius tiap hari, ingin rasanya udara dingin ini kusimpan di kantong dan kukeluarkan saat sedang kepanasan di Denpasar. Kuhirup dalam – dalam oksigen dingin ini dan kunikmati lama – lama suasananya. Upin berencana membelikan oleh – oleh strawberry bagi keluarganya di Singaraja. Imma juga serupa. Kubelokkan sementara kalajengking merah menuju pasar di dekat pintu masuk kebun raya Bedugul. Kuparkirkan dengan tenang. Setenang udara halus yang mengalir, memasuki hidung, melewati paru – paru dan menaikkan hormon serotonin dengan sangat ramah.

Nemu di perjalanan.
Ugh! Supir truk itu sastrawan semua loh... Ini buktinya. Btw, itu gambar siapa?
      
     Tiga jam perjalanan dan  Kalajengking merah yang memiliki nomor polisi DK 733 P ini sampai dirumah Upin. Upin terlihat sumringah bahkan saat kelajengking merah baru memasuki areal Singaraja. Dirumahnya, keluarga Upin menyambut hangat kedatangan kami. Minuman dingin datang menemani aku dan Imma sementara Upin masih bersama  sang ibu di dapur. Berselang berapa lama, kami dipersilahkan menyantap salah satu makanan terkenal dari Singaraja. Siobak. Dengan rasanya yang sangat berbeda dengan Siobak yang dijual di Denpasar dan jumlahnya yang cukup banyak, kejutan pertama ini cukup membuatku girang di tengah cuaca Singaraja yang cukup gerah nan puanassss.

Minuman segar penghapus dahaga seketika duar duar duar!

Makanan khas dan gratis. Auw Auw Auw! Thank You Upin :D
     
     Sejam bersantai di rumah Upin, perjalanan dilanjutkan menuju Air Terjun Sekumpul. Sebagai tipikal orang santai dan gampang sekali senang, aku dan imma mengiyakan saja ketika diajak berjalan – jalan ke air terjun. Sebenarnya masih ada pantai Lovina sebagai pilihan yang lain tapi diurungkan karena waktu itu masih siang. Siang – siang dipantai? Eum, sorry, I’m not bule :p

     Sekitar 30 menit, kalajengking merah akhirnya sampai di parkiran. Terlihat tangga yang menuju ke bawah, kearah jatuhnya air dari air terjun Sekumpul. 20 menit berjalan dan… waow! I love it very much !!! :*

Suasana jalan menuju air terjun sekumpul.
Dipandu local guide yang terlihat bersemangat.

Haloooo Air Terjun...!

Klik tanda zoom di tengah untuk memperjelas *trollface

Identitas sebenarnya adalah...

Oh, ternyata itu fotoku -___-!

Pamer dik ah... biar pernah,, Hihihi...
    
     Jam 5 sore kami memutuskan kembali ke Denpasar. Kami pun kembali ‘mendaki’ jalan menuju tempat parkir. Mungkin karena jarang olahraga, cepat sekali nafas kami habis dan berhenti untuk beberapa kali sebelum dapat mencapai kalajengking merah. Masing – masing dari kami membawa oleh – oleh dari Singaraja. Upin membawa rasa kangen yang terlepaskan saat bertemu dengan keluarga. Aku membawa kepuasan karena dapat berjalan – jalan ke Singaraja. Imma membawa berbagai jepretan dari hapenya dan sebuah luka di jempol kaki kanannya karena terantuk saat menuju ke parkiran. “Sabar ya sayang, nanti saja sembuh koq :* “

Selamat tinggal Singaraja #lambai2

     Ada yang aneh dari perjalanan kami di hari itu. Saat bertolak menuju Denpasar, kami tentu saja harus melewati area Bedugul (lagi). Kekhawatiran akan kabut yang turun mengingat jam menunjukkan setengah tujuh malam. Tapi entah mengapa, sekelebat kabut pun tidak kami jumpai walau angin dingin sudah mulai meruak hingga kedalam mobil. Sebelumnya kami sempat singgah di pura Yeh Ketupat yang kata upin adalah pura yang cukup wajib dikunjungi oleh masyarakat Singaraja. Bertempat sebelum memasuki areal Bedugul. Tepat saat aku dan Imma mempersembahkan canang di Pura itu, tiba – tiba lampu hidup menerangi tempat kami bersembahyang. Padahal saat itu tidak ada orang lain selain kami bertiga. “Mungkin ada orang yang menghidupkan lampu,” ujarku dengan memakai logika cetek.

     Terlepas dari itu semua, perjalanan kali ini benar – benar menyenangkan. Mungkin bisa dibilang diberkati. Memulai perjalanan di pagi hari, berjalan – jalan menyenangkan di Singaraja saat siang hari , dan perjalanan tanpa kabut membuat kami bisa melihat kelap – kelip lampu saat melewati bedugul menuju Denpasar ketika malam menjelang. Sungguh indah dan memorable. Lantunan lagu mengisi keceriaan kami lewat nada apa adanya yang spontan keluar menikmati keindahan perjalanan saat itu. Hingga akhirnya kami sampai di Denpasar beberapa jam kemudian. Letih dan senang bercampur menghiasi kesan perjalanan kali ini. 13 jam mungkin sedikit. Tapi ini adalah 13 jam yang patut untuk dikenang. Terima kasih Upin. Terima kasih Imma sayang :*, Terima Kasih Kalajengking Merah. Terima kasih untuk perjalanan yang menyenangkan ini J

Berpose dan tunggu cerita perjalanan selanjutnya :p #jreng #jreng #jreng

Nb : foto - foto diatas adalah kolaborasi jepretan antara kamera hp mahal Imma dan hp kamera seadanya milikku J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Anonymous – Sahabat

     Aku lupa kapan pernah pergi ke salah satu SD di daerah Sudirman, Denpasar. Karena harus mengurus suatu urusan yang belum terurus, jadilah waktuku harus teralokasikan sedari pagi disana. Dalam postingan kali ini, sesungguhnya dan sebenarnya, tidak bercerita tentang kegiatan yang kulakukan di SD bersangkutan. Namun lebih kepada puisi tempel dinding yang sekejap mengambil perhatianku dan mematungkan diriku dengan setiap kalimat didalamnya. Sangat polos. Sangat jujur. Sangat keren. 

Soe Hok Gie : Catatan Seorang Demonstran (Resensi) - 2012

makanan ringan + bacaan berbobot       “ Saya dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942 ketika perang tengah berkecamuk di Pasifik…” Sebuah catatan pada tahun 1957 tercipta dari tangan seorang generasi Indonesia keturunan Cina. Namanya Soe Hok Gie. Seseorang yang hidup pada era orde lama yang selanjutnya menjadi salah satu tokoh penting dalam pergerakan perubahan yang terjadi di Indonesia saat itu.

MENUAI JANJI PADA INTERNET UNLIMITED YANG STABIL

Kecepatan dan kestabilan jaringan adalah dua hal yang di idamkan para peselancar internet. Tidak di masa ini saja, sebenarnya di masa lalu juga impian ini telah ada. Namun saat saya mengingat kala menyewa satu komputer di bilik warnet dan mengunduh gambar 30kb hingga satu menit di masa itu, ah, sekarang saya tahu dari mana kesabaran saya bisa setebal sekarang. Kebutuhan manusia di jaman 2021 ini sangat bergantung pada internet dan jaringannya. Memang awalnya diciptakan di tahun 1969 untuk kebutuhan Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Namun kini, di seluruh dunia, dalam kegiatan dan kebutuhan apapun semuanya menggunakan internet. Baik untuk berinteraksi sosial, berbisnis hingga sekedar mencari hiburan. Saya adalah tipikal yang sangat menggemari produk audio visual. Melihat foto di Instagram, menonton Youtube sampai mengintip desain – desain keren di Pinterest. Tentunya saya mencoba berbagai provider yang “menjanjikan” untuk di jajal berdasarkan kebutuhan saya. Setelah berpetualang da