Langsung ke konten utama

Ironi Bali

#1 Senyum tulus seorang anak tukang suwun yang harus bekerja hingga malam. @Pasar Badung


     Dimulai dari ajakan kawan untuk ikut meramaikan ulang tahun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2012 lalu. Namun bukan di ajak ke Jakarta lalu bersalaman dan cipika cipiki sembari berucap, “Hey Bapak Presiden. Selamat ulang tahun!”. Tidak. Tentu tidak. Bapak Presiden tetap dengan selebrasi yang telah disiapkan oleh anak buahnya. Sedangkan kawan saya mengajak saya untuk ikut merayakannya dengan berbagi karya.


     Mengirim 1000 Kartu Pos untuk Presiden adalah inti  acara ini. Untuk yang ingin lebih tahu apa itu, klik saja disini. Singkat cerita, kawan saya itu mengajak membuat kartu pos untuk nantinya ikut dikirimkan bersama kawan – kawan dari belahan dunia yang lain kepada Bapak Negara. Tema? Bebas. Jumlah? Tak terbatas alias berapa saja bisa. Mulailah saya berburu dan mengumpulkan beberapa pesan yang nantinya saya buat dalam bentuk kartu pos dan dikirimkan via online.

     Awalnya bingung. Namun memang dikejar deadline membuat lebih kreatif. Akhirnya saya dapat menentukan tema yaitu “Seri Ironi Bali”. Alasannya? Cukup mudah. Berawal dari sebuah karya yang menyinggung sisi “nyata” Bali di sebelah Art Centre yang selalu ditutup saban PKB. Momen selebrasi kesenian yang juga merupakan saat dimana pemimpin negara hadir.

     Selain itu, terlalu banyak hal – hal mengagumkan yang mengekspos Bali kepada dunia. Tarian indah para Pregina. Alam Tanah Lot di kala sunset atau senyum dipaksakan anak – anak berkulit eksotis yang terpampang baik di media cetak maupun elektronik yang mampu menarik gelombang raksasa orang – orang untuk datang ke Bali.

     Sayangnya banyak juga hal – hal yang tidak terlalu mengagumkan yang kerap ditutupi  oleh petinggi agar Bali tetap terlihat ‘bersih’ di mata nasional hingga dunia. Munafik? Maybe YES! Hai dunia. Jangan terpaku pada iklan – iklan. Beberapa mungkin benar namun diantaranya telah tertutupi dengan rapi. Atas dasar itulah kenapa saya akhirnya membuat “Seri Ironi Bali”. Bukan untuk menjelekkan namun untuk sama – sama mengingatkan bahwa Bali bukan lagi pulau sorga. Ini hanya pulau kecil biasa yang semakin lama semakin sesak dengan segala orang maupun situasi yang terus bertambah di atas tanah bali yang semakin tua. Bapak Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, semoga anda pernah melihat karya kecil ini. Semua karya ini berjumlah tujuh buah dan tanpa rekayasa ditambah pesan dalam setiap gambar. Hanya bermodal kamera dan blusukan ke daerah yang dituju :))



#2 Wajah pantai kubur bertahun kemudian setelah terkena dampak reklamasi @Pantai Kubur

#3 Dua anak yang melihat tanah mereka bermain terampas di masa depan @sepanjang Pantai Padanggalak

#4  Pantai Geger yang tergerus proyek hotel Mulia @Pantai Geger

#5 Suasana jalan raya Bali setiap hari @By Pass Ketewel

#6 Suara masyarakat lewat karya yang sekarang telah hilang permanen @tembok di samping Art Centre

#7 Parade jual harapan dan warisan @sekitar jalan Penatih ke Sibang 

Komentar

.gungws mengatakan…
keren lah! :D
Unknown mengatakan…
keren banget kak tulisannya :')
@devi : Makasi devi :D
deva pradnyana mengatakan…
mantaab sangat dalam (y) expresi yg tak terungkap (y)
@deva : Hahaha... Terungkap dengan cara sendiri lebih menyenangkan. Terima Kasih sudah berkunjung deva :)
Yan Sek mengatakan…
nice story

Postingan populer dari blog ini

Puisi Anonymous – Sahabat

     Aku lupa kapan pernah pergi ke salah satu SD di daerah Sudirman, Denpasar. Karena harus mengurus suatu urusan yang belum terurus, jadilah waktuku harus teralokasikan sedari pagi disana. Dalam postingan kali ini, sesungguhnya dan sebenarnya, tidak bercerita tentang kegiatan yang kulakukan di SD bersangkutan. Namun lebih kepada puisi tempel dinding yang sekejap mengambil perhatianku dan mematungkan diriku dengan setiap kalimat didalamnya. Sangat polos. Sangat jujur. Sangat keren. 

Soe Hok Gie : Catatan Seorang Demonstran (Resensi) - 2012

makanan ringan + bacaan berbobot       “ Saya dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942 ketika perang tengah berkecamuk di Pasifik…” Sebuah catatan pada tahun 1957 tercipta dari tangan seorang generasi Indonesia keturunan Cina. Namanya Soe Hok Gie. Seseorang yang hidup pada era orde lama yang selanjutnya menjadi salah satu tokoh penting dalam pergerakan perubahan yang terjadi di Indonesia saat itu.

MENUAI JANJI PADA INTERNET UNLIMITED YANG STABIL

Kecepatan dan kestabilan jaringan adalah dua hal yang di idamkan para peselancar internet. Tidak di masa ini saja, sebenarnya di masa lalu juga impian ini telah ada. Namun saat saya mengingat kala menyewa satu komputer di bilik warnet dan mengunduh gambar 30kb hingga satu menit di masa itu, ah, sekarang saya tahu dari mana kesabaran saya bisa setebal sekarang. Kebutuhan manusia di jaman 2021 ini sangat bergantung pada internet dan jaringannya. Memang awalnya diciptakan di tahun 1969 untuk kebutuhan Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Namun kini, di seluruh dunia, dalam kegiatan dan kebutuhan apapun semuanya menggunakan internet. Baik untuk berinteraksi sosial, berbisnis hingga sekedar mencari hiburan. Saya adalah tipikal yang sangat menggemari produk audio visual. Melihat foto di Instagram, menonton Youtube sampai mengintip desain – desain keren di Pinterest. Tentunya saya mencoba berbagai provider yang “menjanjikan” untuk di jajal berdasarkan kebutuhan saya. Setelah berpetualang da